Waktu lagi enak-enaknya tidur, tiba-tiba mas Uglu dan mas Munir--2 orang fotografer yang ikutan trip--dateng ke kantor dan nge-bangunin anak-anak. Kita yang hanya tidur 1 jam—jam 3 pagi baru bisa tidur—otomatis agak males membuka mata. Berhubung mereka berdua ngebangunin dengan cara yang nggak bisa dihindari, maka dengan benar-benar terpaksa, dan memang agak maksa, kita—Aku, Wiwin, Asep, Dadang, dan Riki akhirnya bangun. Aku sendiri males mandi, it's too early in the morning!!! Cuma dengan menyikat gigi dan cuci muka, aku siap berangkat ke Probolinggo. ....Perjalanan dimulai pukul 5 pagi. Kita berangkat dengan menaiki 2 mobil—1 mobil rental dan mobilnya Bos. Aku, Dadang, Riki, Wiwin, mas Indro, dan pak Breng naik mobil rental yang disopiri Mas Uglu dengan mas Munir sebagai navigatornya. Sedangkan sisanya (Asep, mas Yono, Melisa, Nana, Tia, Pakdhe) naik mobilnya bos yang disopiri mas Tutuk. Btw, orang yang kita panggil dengan sebutan Pakdhe ini adalah kakak dari si Bos. Aku sendiri nggak tau nama sebenarnya siapa. Rencananya, si Bos dan istrinya juga mo ikutan trip ke Probolinggo, tapi berhubung dia ada pertemuan di Jakarta, akhirnya dia batal ikut, termasuk istrinya.
Dengan penuh ketegangan, kita yang naik mobil yang disopiri oleh mas Uglu, akhirnya berangkat meninggalkan kantor MCL. Jauh-jauh hari, kita udah mendengar selentingan-selentingan kalo mas Uglu ini tergolong ke dalam driver yang Extremely-Scary-Driver. Bukan apa-apa sih! Tapi menurut cerita temen-temennya, kalo ke luar kota, dia selalu menyetir dengan ngebut tanpa memikirkan kenyamanan penumpang. Dan ini kita buktikan sendiri. Keluar dari pintu gerbang apartemen, dia langsung tancap gas menggenjot mobil sekenceng-kencengnya. Anak-anak langsung berpandang-pandangan sambil menahan napas dan berdoa memohon keselamatan sama Tuhan, hahahaha!
Mampir di Rumah Makan Malang, Probolinggo...
Berhubung kita udah kelaparan, jam 9 pagi rombongan mampir untuk mengisi perut di daerah Probolinggo kota. Menunya kebanyakan berupa mie. Aku sendiri memesan sop ayam. Tapi yang didapat malah jauh dari bayangan semula. Sopnya itu didominasi ama irisan kentang dan wortel dengan sedikit cuilan daging ayam—kalo nggak boleh dibilang serpihan daging ayam, sih! Nggak ada kubisnya, nggak ada seledrinya, nggak ada kacang panjangnya sama sekali. aarrgghhhh SUCK! Untung rasanya enak, kalo nggak...
Pukul 09.30, rombongan melanjutkan perjalanan...
Wah... dengan perut kenyang, kaya'nya perjalanan ini lumayan juga. Tapi... Please jangan ngebut lagi, mas Uglu!!! Yaahhhh! Nggak ngefek! Mobil tetap dipacu sekencang-kencangnya. Apalagi kali ini jalan yang kita lewati agak kecil dan aspalnya banyak yang rusak. Perutkuuuu!!!
Rafting...
Pukul 10.00 pagi kita sampai di tujuan pertama, Songa Rafting. Setelah mengkonfirmasikan kedatangan kita ke resepsionis Songa, kita dapat kabar kalo acara rafting untuk rombongan kita dimulai pukul 11.00 nanti. Sambil menunggu untuk diantarkan ke tempat rafting, kita melakukan kegiatan yang memang kita sadari sebagai sebuah keharusan, yaitu foto-foto. Yup! Kita adalah orang-orang yang sangat sadar dan sangat memuja kamera. Dimana ada kamera di dekat kita, di situ ada kita sebagai obyeknya. hahahaha!
Untuk mengikuti kegiatan rafting ini, rombongan kita dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing menaiki 1 perahu karet. Kelompok 1 terdiri dari aku, mas Munir, Tia, Pakdhe, mas Tutuk. Kelompok 2 terdiri dari Wiwin, pak Breng, mas Indro, Nana, Dadang. Kelompok 3 terdiri dari Riki, Asep, Melisa, mas Yono. Setiap perahu disertai oleh 2 orang guide yang menjadi kunci pengendalian perahu, kecuali perahuku yang cuman didampingi 1 guide saja.
Setelah memakai helm, pelampung,dan masing-masing orang mengambil 1 dayung, rombongan diantar ke tempat start rafting dengan menaiki hardtop bak terbuka seperti mobil pickup. Bak mobil tersebut dimodifikasi dengan besi-besi yang dibuat seolah-olah seperti kurungan beratap terbuka. Karena orangnya banyak, maka kita terpaksa harus berdiri di sepanjang perjalanan. Perjalanan dari basecamp Songa ke lokasi start memakan waktu kira-kira setengah jam.
Mobil yang mengantarkan kita berhenti di tengah pertigaan jalan kampung yang kecil. Ternyata kita harus berjalan lagi untuk mencapai lokasi start. Yaahhh! Jalan lagi... Gak papa lah! Itung-itung olahraga. Lagian, aku dah lama nggak jalan kaki dengan jarak yang agak jauh. Lima belas menit kemudian, akhirnya kita tiba di lokasi start. Wow! I can't hardly wait to get my feet on the water. Tapi sayang, airnya berwarna coklat keruh. Mungkin gara-gara hujan. Jauh dari bayanganku semula yang mbayangin kalo airnya bakalan jernih. Sebelum rafting yang panjang dimulai, salah satu guide kita memberikan briefing singkat tentang tata cara dan istilah-istilah yang harus dipatuhi oleh peserta, termasuk cara berenang bila tiba-tiba kita terjatuh ke air dan cara mengangkat tubuh teman kita dari air ke dalam perahu. Setelah dirasa cukup, rombongan melakukan doa bersama supaya acara ini dapat berjalan dengan lancar.
Perahuku berangkat pertama kali, baru kemudian menyusul 2 perahu lainnya. Aku baru tau kalo ternyata setiap jeram di sungai Pekalen ini memiliki nama julukan sendiri-sendiri. Jeram pertama dijuluki 'Jeram Selamat Datang'. Aku pikir bakalan menyeramkan, ternyata nggak juga, sih! Ini karena si guide yang memberikan briefing sebelum start tadi, mengatakan kalo kali ini debit air di sungai Pekalen lumayan tinggi, berbeda dengan hari-hari biasa. Tapi setelah melewati 3 sampai 4 jeram, barulah terasa serunya. 1 jam udah berlalu dan ini adalah saatnya istirahat. Ketika tau kalo perahu kita menepi sementara untuk istirahat, aku ngerasa sedikit kecewa. "Tenang aja. Kita baru sampai di setengah perjalanan," kata guide perahuku.
Di tempat peristirahatan ini, kita disuguhi dengan minuman kelapa muda yang langsung diminum dari buahnya. Panganan yang berupa gorengan jemblem—panganan olahan dari ketela, mirip roti kroket yang diisi dengan gula merah—pun disodorkan ke hadapan anak-anak. Langsung aja jajanan tersebut diganyang tanpa sisa. Maklum, energi banyak terkuras, bos! hehehe... Menariknya lagi, aku yang lagi sakau pengen ngerokok dan nggak bisa bawa rokok waktu di perahu karena takut basah, terkejut waktu ngeliat salah satu guide kita membuat rokok lingwe—linting dhewe (bhs Jawa, melinting sendiri). Berhubung nggak berani minta, aku diam aja. Tapi waktu si Asep nyoba minta kertas rokok dan tembakau ke guide itu trus mengerjakan kegiatan 'ketrampilan-tangannya' itu, aku langsung mendekat dan rokok-made-in-Asep itu pun kita hisap rame-rame. Rasanya lumayan juga, kok! Apa gara-gara sedikit terpaksa gara-gara nggak ada rokok lain, kali ya?
Istirahat selama 15 menit itu pun berakhir. The journey must be continued. Hey Ho Let’s Go! Setiap perahu kita berkumpul tiap kali melewati sebuah jeram, hal yang pasti dilakukan para peserta adalah saling mencipratkan air ke muka peserta lain. Dingin.. Dingin.. Dimandiin.... Kapan rafting lagi???
Tepat pukul 14.00 WIB, rombongan melanjutkan perjalanan ke hotel. Di sepanjang jalan menanjak menuju hotel, mobil kita—yang disopiri mas Uglu—sering berhenti hanya untuk sekedar memotret. Memotret? Ya! Memotret! Setiap ada obyek yang menurutnya menarik, mas Uglu selalu menghentikan mobil dan meminta mas Munir untuk memotretnya. Dasar Fotografer! Ada aja kerjaannya! Dan demi memotret ini, dia—refers to mas Uglu—nggak sungkan-sungkan untuk menghentikan mobil di tengah-tengah jalan yang menanjak. Fiuh! Kita—refers to para penumpang—hanya bisa tertawa kecut aja. Abis mo gimana lagi??? We're just the passengers, am i right?
Hotel Cemara Indah, Bromo...
Seperti biasanya, mobil yang aku tumpangi datang di hotel duluan. Ternyata, kita dibooking-in 5 kamar. Masing-masing kamar diisi oleh 3 orang. Setelah ngambil barang-barang, aku langsung tidur. Brrr... Dinginnnnn!
Minggu, 04 Februari 2007
Jam 3 pagi kita dijemput oleh 2 mobil hardtop sewaan. Tujuan pertama adalah ke Penanjakan untuk ngeliat sunrise. Kabarnya sih, Penanjakan ini merupakan titik tertinggi untuk ngeliat sunrise di Bromo. Dengan mata yang agak berat—karena kurang tidur—kita semua memulai perjalanan menuju obyek pertama—Penanjakan. Kita tiba di Penanjakan pada pukul 04.30 pagi. Hawanya yang dingin makin menusuk tulang—apalagi buat aku yang badannya tergolong kurus kering ini hehehehe—tidak menyurutkan langkah kita untuk berjalan menuju pos yang digunakan untuk melihat sunset. Dari parkiran mobil, kita berjalan melewati kios-kios yang menjual aneka merchandise khas Bromo seperti syal, sarung tangan, kaos kaki tebal, dan kerpus (tutup kepala) serta kios makanan dan minuman.
Penanjakan dijubeli oleh orang-orang yang kaya’nya juga pengen ngeliat sunset, sama seperti rombongan kita. Sayangnya, mendung yang menggelayuti langit Bromo membuat sunset nggak bertahan lama. Untung aja anak-anak berhasil mengabadikan peristiwa itu.
Jam 06.30 WIB perjalanan dilanjutkan ke gunung Bromo...
Nyampe’ di Bromo, yang naik ke kawahnya cuman Asep, Melisa, Nana, Wiwin, mas Yono, Mas Indro, pak Breng, dan Tia aja. Sedangkan aku, Riki, Dadang, mas Tutuk, Pakdhe, mas Uglu, mas Munir menunggu di parkiran kaki gunung sambil hunting foto.
Jam 08.30 WIB balik ke hotel...
Jam 12.00 WIB balik ke Surabaya...
Sebenarnya masih banyak yang belum aku ceritain. Tapi berhubung malas nulis segini banyaknya, jadi cerita Trip Rafting dan Bromo ini disudahi sampai segini aja. Males nulise, es! Pegel kabeh!