Tuesday, December 26, 2006

Mo Nulis Apa???

bf: Apa sih yang ada di pikiranmu, es! klo emang nggak ada yang mau ditulis ya jangan nulis, gitu aja kok repot...!
BF: Trus klo nggak ada yang mo ditulis, aku nulis apaan dooonnggg????
bf: Ya nggak usah nulis!
BF: Tapi aku pengen nulis!!!
bf: Ya udah! Nulis dong! Nulis apaan, kek! Katanya mo nulis...
BF: Bingung...
bf: Nah... khan aku bilang juga apa...
BF: Iya yah! DASAR!
bf: Lho kok malah marah?
BF: Emang napa? Itu khan hakku!
bf: Nulis itu bukan paksaan, bos!
BF: ya sih... trus klo emang lagi pengen nulis trus nggak tau apa yang mo ditulis, gimana dong solusinya????
bf: nggak tau ya, boz...! gelap banggeddd!!!
---ooOOoo---
Itu adalah sekilas percakapan antara BF dan alter ego-nya. Kliatannya mereka lagi ngomongin ttg sesuatu yang nggak penting. Tapi apakah hal yang nggak penting bagi seseorang itu juga merupakan hal yang nggak penting bagi BF dan alter ego-nya??? Karena seringkali sesuatu hal yang kadang dianggap nggak penting oleh seseorang bisa jadi merupakan sebuah hal yang sangat berarti bagi orang lain. Well, ngomong opo aku iki!!!! Mboh bingung....
 

Kapan lagi..?

Kapan lagi bisa kaya' gini?
Merepih kepingan-kepingan napas yang tercecer di antara jalanan.
Menepikan bulir-bulir keringat yang memandikan kulit setiap siang.
Terjatuh lagi, bangun lagi, jatuh lagi, bangun lagi, akhirnya ketiduran..
Nggak bisa bangun.

Sunday, December 24, 2006

ndas ngelu

ndasku ngelu.... ndasku telu...  
gara-gara flu... tulang terasa ngilu...
nggak sembuh-sembuh... nggak kerasa udah jalan 3 minggu...
Asu...!!!

Friday, November 03, 2006

Lelaki Malam

Aku lelaki malam...
itu yang mereka bilang.
Aku mencari kesunyian,
itu yang mereka katakan.
Tapi mereka tidak tahu...
Aku juga memiliki siang di hatiku.
Hanya saja...
Aku lebih memilih malam sebagai kenyataan. 

Senyap tapi Semarak

Kenangan terpuruk di sudut lemahku,
merutuki pejal sisi hidup yang kudaki.
Manusiaku tertawa bersama tiap wajah yang kurasai,
melontarkan gelegak muram dari jiwaku.
Biarkan aku mencari di ruas titian ini,
mendekap keseimbangan menuju seberang kali.
Siapkan desah napasmu sambut cumbuanku,
menari di heningnya malamku.
Aku bergerak mengalun mengarak luapan emosi gemuruh,
senyap tapi semarak... 

Friday, October 27, 2006

Quit Smoking???


Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,


Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

***


Well... sampai saat ini aku masih belum bisa berhenti meROKOK dan memang nggak akan pernah bisa berhenti meROKOK karena emang dari awal nggak punya niat yang kuat untuk berhenti meROKOK. Duit buat beli jajan = minim, duit buat beli makan = minim, duit buat beli pakaian = minim, duit buat nyuci speda motor = minim, duit buat beli buku = minim, duit buat beli ROKOK = unlimited (kalo bisa malah dibela-belain ngutang)... Payah payah!!!

Friday, October 20, 2006

Rose

My rose had bloom once,
it was on November I thought I've seen my rose sprout its beauty.
My rose had bloom once,
to caught the sun on December when I fought for delicate white those I never see.
My doze lead me to dance,
for I not to  remember how disgusting I was to be.
My doze took the pain away,
thru whenever I've try to put on the mask over the eyes that couldn't face reality.

Somerset, August '06 

Mist

I'm walkin thru d Mist dat surroundin dis creek,
Pushin all d power 2 d final limit.
Guess what kinda waste dat I've doin dis whole week?
I'm breedin my mind like a steed

Thursday, August 31, 2006

Find ur LIFE

D'you kno what LIFE is?
D real meaning of ur LIFE?
Thru all seasons, with anythin that goes beyond...
Hav ur soul been feed enough?!?
Find ur LIFE inside of u!